Selasa, 08 Maret 2011

Membuat Pupuk Bio Urine dari Urine Kambing

  Di zaman sekarang ini global warming tidak hanya berdampak pada kehidupan manusia saja, tetapi juga pada tingkat kesuburan tanah dan tanaman. Hal ini disebabkan karena global warming memberikan efek hujan asam, dimana hujan asam ini berarti hujan yang dalam airnya terkandung unsure asam yang tinggi yang tentunya zat asam ini akan berdampak pada menurunnya kualitas tanah sehingga produktifitas tanaman pun akan semakin menurun.

Disini saya akan membahas mengenai cara pengolahan tanah dan tanaman agar lebih produktif dengan pemanfaatan pupuk cair bio urine, yang terbuat dari urine/kotoran kambing. Dimana kita ketahui bahwa banyak peternak yang kurang memanfaatkan bahan ini untuk keperluan pemupukan, padahal kotoran dan urine kambing ini memiliki kelebihan dapat menjaga unsure hara yang terdapat pada tanah yang tidak dimiliki oleh pupuk kimia. Selain itu pupuk yang terbuat dari bahan organik tentunya akan lebih aman dan tidak berdampak pada kelestarian lingkungan sangat jauh berbeda dengan pupuk yang banyak mengandung bahan kimia yang justru kebanyakan dapat merusak ekosistem lingkungan karena unsure kimia yang terkandung di dalamnya.

Delima Hitam

Buah delima atau biasa kita kenal dengan Punica granatum Linn phomegranathe adalah buah yang biasa kita kenal sebagai buah segar,untuk di makan atau sebagai pelengkap ritual tujuh bulanan. Namun bukan hanya itu manfaat buah delima,buah delima bisa sebagai bahan kecantikan dan juga bisa sebagai bahan pengobatan. Buah delima konon berasal dari negeri persia dan menyebar keseluruh penjuru dunia, di indonesia buah delima punya nama berbeda seperti di aceh,buah ini bernama Gilma, di jawa orang kebanyakan menyebut dengan buah Gangasan atau di jawa barat orang menyebut dengan buah delima seperti yang kita kenal sekarang ini.

Leci Kom

Leci Kom adalah leci dataran rendah yang berasal dari Cina Selatan yang adaktif di dataran rendah dan panas yang menurut cerita dibawa oleh seorang saudagar asal Cina yang merapatkan kapalnya di Samut Songkhram Thailand. Famili Sapindaceae ini dulunya adalah buah kesukaan Yang Kuei Fei - seorang selir dari Kaisar Hsuan Tsung pada zaman dinasti Ming di Cina.

Hampir semua kebanyakan penduduk di Samut Songkhram bertanam leci kom. Varietas leci unggul ini bersosok pendek dan bertajuk kompak, cocok dengan namanya yang berarti kerdil. Terbukti tanaman disana yang berumur 20 tahun pun rata-rata hanya setinggi 4-5 meter saja. tanaman leci kom baru belajar berbuah pada umur kira-kira 3-4 tahun dengan bibit hasil cangkokan. Di Payangan Bali, dengan umur 10 tahun baru berproduksi hanya beberapa dompol saja meski pada umur 5 tahun sudah mencapai panenan sekitar 25 kg.

PESONA BUAH JABOTICABA (ANGGUR BRAZIL)

Jaboticaba ( Eugenia Cauliflora Berg) masuk ke Indonesia sebagai Anggur Brazil karena dari bentuk buahnya mirip dengan buah anggur. Yang berbeda dari tanaman ini adalah batang dan bunganya sangat mirip dengan buah jambu biji. Daging buahnya berwarna putih diidentikkan seperti lemak kura-kura yang dalam bahasa tupi disebut "jabotim".
Keunikan dari buah jaboticaba adalah rasanya yang bercampur menjadi tujuh rasa yang berbeda, asam, manis, segar, rasa alpukat, anggur, dan lain-lain. Jaboticaba sangat lambat pertumbuhannya, apalagi kalau ditanam dari biji. Umur satu tahun hanya bisa mencapai tinggi kurang dari satu jengkal saja. Dengan pertumbuhan yang sangat lambat tersebut membuat harga jaboticaba menjadi sangat mahal. Untuk jaboticaba ukuran 3 meter pernah terjual dengan harga mencapai 15 juta rupiah. Harga itu menjadi wajar tatkala kita melihat pertumbuhan pohon tersebut yang sangat lambat dibandingkan dengan kebanyakan tanaman lainnya.